Friday, January 13, 2012

Jakarta: sebuah deskripsi sempit.

Ini hari kamis, tapi entah kenapa saya merasa besok itu hari jumat, makanya saya sedikit menggerutu dalam hati, ingin sekali rasanya besok jumatan di kota lain. Supaya apa yah, supaya bisa berbagi pahala dengan suku lain di Indonesia. Suku betawi. Yasudah saya berangkat saja. Tidak banyak pikir ini itu karena kalau mau mikir ini itu nanti saja ketika uas. Tapi saya sudah tidak uas, semester 7 mau ke 8 ini. Ya sudah berarti terserah saya yah hidupnya mau gimana nanti. Sudah besar juga. Sudah tidak pake gel rambut lagi, sudah tidak dengar my chemical romance lagi. Intinya sudah besar.

            Hari pertama, saya mengenal apa itu daerah yang diberi nama cibubur. Tepatnya daerah kranggan. Sebelumnya saya lewat tol. Tidak mau lewat purwakarta karena saya pikir jauh. Sebenarnya bukan saya yang berpikir, tapi rudi. Maklum rudi itu bawa mobil. Iya jadi saya tiba di kranggan. Kesan pertama saya ketika tiba disana ialah gerah sekali disini. Keringat lengket sangat menempel di leher saya dan tidak mau enyah. Saya sendiri cukup memakluminya karena suhu disana sangatlah tinggi, sekitar 33 derajat selsius. Belum lagi dekat dengan pantai. Sangat saya maklumi, masa saya protes, terlalu banyak tersangka yang patut dimintai pertanggungjawabannya, terkait panas nya Jakarta.

            ‘lebih baik mati daripada tidak punya kipas angin di jakarta’ terkesan menjadi sebuah jargon asli buatan saya yang berlebihan tapi amatlah sangat relevan. Maklum (lagi) saja, tanpa angin segar sepertinya Jakarta tidak layak tinggal sekali. Namun apa mau dikata, melihat banyaknya gedung-gedung yang bikin pegal leher untuk sekedar mencari dimana puncaknya dan apa nama gedungnya, setidaknya sudah sangat mewakili bahwa Jakarta merupakan kota yang amat sangat berharga untuk memenuhi dompet masing-masing manusia pintar Indonesia.

            Spesialisasi Jakarta yang lain ialah terdapatnya suatu tol, walaupun itu di dalam kota. Jakarta yang secara geografis cukup besar, memiliki alasan kuat untuk membangun jalan tol demi melancarkan arus perekonomian yang syarat utamanya ialah akses jalan yang lancar pula, terlebih karena Jakarta merupakan ibukota. Sayangnya hal ini menjadi sumbu awal adanya kecemburuan pembangunan. Sempat terlintas di benak saya, kenapa kepalang maju sekali ini kota, dari mana uangnya, apa jadinya ketika orang nusa tenggara ataupun papua diajak jalan-jalan keliling Jakarta? Maka menjadi sebuah kewajaran ketika mereka merasa tidak rela, merasa diperas, karena hasil bumi wilayah mereka, dirumuskan dalam sebuah APBN, dan dialokasikan untuk pembangunan pusat kota yang berlebihan, inilah ini, sebuah imperialisme baru yang dibangun secara tidak langsung oleh Indonesia dalam perspektif teori konspirasi, imperialisme yang dirumuskan, dalam usaha memeras penuh kedaulatan bangsanya sendiri.

            Buruk sangka akan kesempurnaan Jakarta tidaklah berlangsung lama dalam benak saya, karena kau harus tahu, bahwa kemudian saya berkunjung ke daerah urban di sekitaran cempaka putih bernama kampung rawa. Sebuah pemukiman semi kumuh yang terbilang padat. Banyak sekali anak kecil dan nenek tua renta disini, beberapa diantaranya terdapat pemuda bertato dengan air muka perantau, yang terlihat berkumpul untuk hanya sekedar meraih satu tengguk kopi hitam dan sedikit tawa yang sekiranya hanya beberapa persen mengurangi beban hidup mereka. Hampir setiap rumah terdapat anak kecil. Konon, di wilayah ini banyak sekali pengangguran dengan pendapatan dibawah rata-rata, yang otomatis tergolong tidak mampu, termasuk dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan hiburan. Hiburan mereka apa mau dikata hanya membuat anak, yang kemudian menjadi hipotesis sementara saya menjawab tanda Tanya besar, mengapa banyak sekali manusia disini. Untuk gambaran tata ruang perumahannya, jujur saja, sangatlah tidak layak. Beberapa rumah berukuran kecil, pengap dan hanya diterangi lampu neon kerap diisi oleh puluhan kepala manusia. Jalan sangatlah sempit, dan diisi penuh oleh anak kecil usia nanggung yang tengah bermain bola dengan fantasi masing-masing ingin menjadi siapapun, mungkin bambang pamungkas, atau irfan bachdim, atau juga luis suarez atau bahkan bacary sagna? Siapa yang tahu isi otak mereka, kecuali tembok bisu bergambar kemaluan yang dimodif dengan sayap, yang menjadi saksi biksu mimpi-mimpi mereka, Yang kemudian buyar oleh bau selokan yang amat sangat menyengat.

            Warna warni di Jakarta semakin terasa ketika saya mulai mengelilingi kembali sudut jalan Jakarta dengan seksama. Dan lihatlah itu, diatas jembatan, jembatan yang seharusnya dipakai orang untuk menyeberang jalan, terdapat orang yang sedang melaksanakan solat, lengkap dengan peci dan brewok yang lebat. Sangat ganjil, dan semakin membuat saya malas untuk bercanda. Hati saya terlalu marah melihat keanehan-keanehan ini. Saya harus istirahat, nanti saya cerita lagi di paragraph berikutnya.

            Saya tepati janji saya untuk cerita lagi. Karena kamu harus tahu, saya pergi ke citos, cilandak town square, ih namanya ikut-ikutan mall di tempat saya kuliah, jatos, jatinangor town square, mirip kan? Sebel yah? Sama saya juga. Saya kesana, ke tempat yang disinyalir menjadi sarang anak gaul Jakarta itu. Dan memang terbukti banyak sekali anak Jakarta dengan kulit bersih, muda, kaya dan berisik bercokol di sudut-sudut outlet foodcourt di mall yang lebar kepinggir ini. Mereka berisik, ngomong dengan lepas gaya bahasa mereka yang menurut mereka gaul beut nyet. Tapi jujur saya tidak suka, entah kenapa, mungkin karena saya tidak kenal mereka, tidak tahu bahwa sebenarnya mereka baik, sebenarnya mereka tidak sekaya itu, mereka Cuma menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak peduli ayahnya tengah collapse di perusahaan nya, tidak tahu, tidak urus. Kalau urus, nanti dibilang kepo. Lebih baik diam.

            Citos penuh dengan outlet makanan impor luar. Sebutlah disana A&W, burgerking, malayfood, dan starbucks. Yang terakhir itu minuman, saya jelaskan supaya kamu tahu. Saya cari mana ini karedok, mana ini lontong sayur, mana juga ini nasi padang, tapi bohong, saya tidak senasionalis itu, sampai-sampai makan harus makanan Indonesia, makanan luar boikot, diboikot karena tahu keuntungannya dipake buat nyerang irak afganistan dan sebagainya. Saya tidak sampai begitu sih, tapi yang saya sayangkan, ya itu tadi, mall seakan menggiring pemuda untuk menyamakan mindset bahwa makan makanan produk westernisasi itu keren, makanan lokal nomor dua saja dengan dalih bosan, atau ga suka, atau ga enak, atau mukamu ga enak? perlu merica? Nanti saya tabur, di mata kalian ya.

            Pemuda dengan bungkus badan masing-masing juga, aduh saya miris melihat gadis-gadis terlebih tante-tante berumur yang ingin tampil dan kesebut seksi. Aduh jatuhnya maksa sih tapi saya diam saja deh supaya ncang-ncing kaga tersinggung yak. Tapi jujur mereka bersih-bersih, wangi, modis, dan sehat. Prianya juga tak kalah nyetel. Kebanyakan bergaya anak nongkrong sepedah, deskripsinya, ya begitulah, kamu juga pasti tahu kalau anak sepedah setelannya pakai sepatu, celana pendek, kacamata dan sesekali topi. Mencari jati diri itu terkadang memang perlu pemakluman ekstra. Yasudah, mau bagaimana lagi, atmosfer peradaban juga yang menggiring mereka. Kita mah merhatikan saja, ngomongin juga deh sedikit. Menghibur diri, bahwa kita sedikit jauh diatas mereka dari segi attitude dan prinsip.

            Dan saya pulang. Meninggalkan ibukota, ibukota yang entah mungkin menjadi tempat bekerja saya kelak, atau mungkin ibukota yang kelak menjadi kota kedua karena akan saya pindahkan status keibukotaannya ke kota lain karena saya sudah jadi presiden, atau mungkin ibukota yang kelak ditelan banjir rob karena amblasnya tanah mereka setiap tahun, ibukota yang menjadi figure yang dicemburui oleh sahabat kita di ujung barat aceh hingga sudut kanan papua, ibukota. Ibu dari segala kota. Jakarta. Semoga kita berjumpa di lain waktu.



Rendy Adiwilaga, pemerhati sosial.

Friday, July 22, 2011

Ospek, baik atau buruk?

Yah, dalam waktu dekat, calon mahasiswa-mahasiswa baru berdatangan, bayar pakai uang jutaan, lalu resmi kuliah, kemudian dengan bangga dan mereka bela mati-matian lembaga yang mereka bayar, yang biasa mereka sebut sebagai almamater. Tidak ada yang spesial dari semua yang mendaftar, maksud saya disini bukan muka mereka yang tidak ada yang spesial, itu relatif, terserah kalian mau bilang mereka jelek-jelek, dibawah standar, atau mungkin underdog, persepsi kalian. Maksud saya tidak ada yang special disini maksudnya tidak ada yang memiliki kekuatan supranatural khusus karena dia peranakan manusia dan jin. Tapi mungkin saja ada, bisa jadi, kita saja tidak tahu iya kan?
Nyata-nyatanya, kampus kemudian semakin penuh sama mereka-mereka yang baru ini, parkiran pun jadi penuh dengan kendaraan pribadi entah itu motor, mobil, container ataupun delman. Yang dua terakhir sih tidak mungkin, tapi siapa tahu? Ya, yang tahu apa yang terjadi kelak hanya tuhan yang mengetahui. Kalau kita sok ramal-ramal nanti disangka melangkahi tuhan. Dosa, dan lulus pun lama jadinya. Nah, kembali ke kampus. Kampus pun pada akhirnya penuh dengan muka-muka nanggung, muka peralihan dari remaja menuju dewasa, kantin pun jadi penuh, kelas jadi penuh, pokoknya semua penuh, seakan kampus sudah dijajah oleh gerombolan anak muda mantan geng motor yang punya misi menyebarkan sekte baru yaitu hura-hura sampai pagi, dugemisme. Tapi eits, kalian bebas mau begitu, tapi sebelumnya, perkenankanlah dahulu kami yang sudah matang, purnawirawan, serta cakap pengalaman ini untuk mengospek kalian para generasi millennium ketiga.
Tapi, apa sih ospek? Menyeramkan kah? Konyol kah? Useless kah? Ospek, bagi para aktivis hima, pastinya penting menurut mereka. Penting dengan dalih untuk pengkaderan, dan pembentukan karakter sesuai dengan jurusan masing-masing. Karakter? Yang bagaimana sih? Yang kritis, dinamis, edukatif, mengabdi kepada masyarakat? Halah mengabdi, bikin ormas saja kalau mau mengabdi. Kritis-kritis, ngapain? Korek-korek urusan orang terlalu dalam sampe orang terkait merasa terpojok? Sana bangun pondasi dosa yang kokoh, sekritis-kritisnya kamu, tidak akan saya anggap kamu pintar, yang ada ya kamu figure pengganggu. Kritis bagus jujur saja, tapi penyakit kepalang kritis yang ngaco dan sok-sokan ini yang benar-benar menjijikkan. Apalagi? Edukatif? Penggal kepala saya kalau dominasi edukatif di otak mahasiswa tidak membuat mereka kuliah-pulang kuliah-pulang. Dan lagi, goals ospek yang begini saya kira hanyalah sebuah dalih, dalih orang-orang yang pintar, agar mereka punya konco-konco, yang mau dimintai tolong di kemudian hari dan hanya sekedar jadi kabel koneksi. Alasan lain? Yang ini yang saya malas, ospek malah jadi media terselubung pengkaderan senior yang tergabung dalam organ ekstra, untuk memperbanyak anggota organnya dengan merekrut junior baru. Semacam NII? Semacam, hanya ini lebih pengecut dalam hal misi.
Ospek juga kadang menjadi media birokrat kampus, agar teman-teman mahasiswa baru penurut, focus di akademik, dan tidak macam-macam sama pihak kampus. Mereka ingin kampus di mindset mahasiswa baru, hanyalah sebagai satu-satunya lembaga yang membantu mereka meraih cita-cita. Kalau diusik dengan kegiatan lain, maka cita-cita akan sulit tergapai. Kampus sekarang senang dengan mahasiswa yang apatis. Oke mungkin ada beberapa dosen yang progresif, ingin mahasiswa ini itu, aktif juga di organisasi. Tapi berapa banding berapa yang begitu? Terhitung oleh bulu hidung malah saking sedikitnya. Sedikit berlawanan memang goals ospek antara universitas dan hima. Tapi kesemuanya punya kepentingan masing-masing. Dengan menjadikan maba sebagai kelinci percobaan
Lantas ospek yang bagaimana yang menurut saya bagus? Ospek itu santai saja! Kalau mau jujur, bagi saya kaum yang sudah tua dan cepat lulus dalam waktu dekat ini amin, ospek itu momen senang-senang. Jujur, tidak munafik saya, maba juga bagi saya objek, objek tertawaan yang luar biasa indah. Saya membutuhkan tawa mereka dan mereka pun membutuhkan komando senior yang santai dan seru agar suasana kampus kondusif untuk didiami sampai sore, didiami untuk sekedar ngobrol, main gitar, diskusi, dan tukar wanita. Semua berkumpul tanpa sekat suku, agama, maupun organ ekstra yang menaungi. Ini yang namanya kekeluargaan, ini yang namanya kebahagiaan. Interaksi sampai malam itu luar biasa indah. Dan ini seharusnya menjadi prioritas ospek. Membangun keluarga, menghidupi kebahagiaan.
Senioritas itu harus! Supaya mahasiswa baru tidak kurang ajar, ketegasan setidaknya membantu mereka-mereka yang labil ini menentukan pribadi mereka. Persetan dengan  ‘semua sama sederajat, sama manusia sama seagama’. Apaan, kau yang merasa setahun diatas maba pun jika mereka mengejekmu dengan ejekan yang tidak enak di telingamu, saya yakin seyakinyakinnya timbul di kepala kalian untuk menghabisi mereka dengan pikiran ‘ga sopan gini, berani gini euy, saya lebih dulu disini men!’ Mati saja kalian kalau masih munafik gitu. Haha, senioritas memang perlu, terutama dalam hal beretika, apa-apa yang harus dan tidak harus dilakukan maba harus diperjelas, apa-apa yang tidak boleh yang kemudian menjadi boleh oleh maba, semua dibimbing senior, dibimbing dengan tawa dan candaan, dengan batasan saling menghargai dan menyayangi. Bukan bermain drama dengan yang satu pura-pura galak, yang satu perhatian. Kalau mau galak, tegas, tegas sekalian. Pertegas bahwa kita senior punya kuasa, maba diam, belum boleh apa-apa, yang boleh Cuma tertawa.
Metode interaksi dengan tema pembodohan saya pikir sangat bisa mendekatkan dan mempererat chemistry antara senior dengan maba. Melalui metode-metode seperti kuis cerdas cermat dimana senior selalu benar dalam konteks yang jauh dari serius, serta agenda luar ospek seperti titah senior untuk suruh itu maba bikin makrab atau apalah yang penting mereka memberi sesuatu yang nonbenda tetapi kesan, hubungan dua arah yang hakiki pun akan terjamin. Persetan dengan apa itu pembodohan-pembodohan. Serius sekali, sana lomba debat sama UI kalau mau serius-serius. Nah kalau serius ada bagiannya. Silahkan itu hima bikin konsep perihal pemilihan ketua angkatan, yang penting kajian seriusnya, kadarnya tidak melebihi kebahagiaan dalam tawa.
Sampai di paragraph yang ke berapa ini? Gatau lah males ngitung malas scroll ke atas. Ya pokonya sudah paragraph yang kesekian. Di paragraph yang kesekian ini saya yakin, bagi kalian yang panas dan sudah sangat tidak setuju dan sudah tidak sabar ngajak saya diskusi, weiss diskusi, gaya, ngajak begitu karena nyata-nyatanya mau konfirmasi, bahwa kamu sebagai senior tidak begitu. Ah yasudah sana terserah itu mah. Saya juga berbicara berdasarkan pengalaman. Ospek dengan tujuan ini itu yang kalau tidak tercapai minimal ada dalih supaya proposal di tandatangan jurusan, ospek dimana panitia membuat list data mana maba yang cantik kemudian panitia tawarkan kepada teman-teman lain yang tidak ikut kepanitiaan, permainan surat cinta dan surat benci yang konyol, kepuasan tim pembentak yang dengan membuat maba ketakutan malah bikin sensasi dan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Hambar semua bagi saya, nonsense, gaya permainan senang-senang konservatif begitu, sudah kuno, masih saja dipakai. Maka wajar saja kalau sekarang maba kebanyakan apatis. Tidak menyatu, kepalang edukatif, kepalang aktivis. Karena mereka bingung, wadah pembentukan jatidirinya cacat semua, tak ada kesenangan hakiki, hanya kepentingan dan kepentingan. Yah, namanya juga politik praktis. Gudang kajiannya lagi kampus ini. Yasudah. Selamat bosan mahasiswa baru!!


Friday, June 17, 2011

Blackberry: sebuah curhatan

Dear, blackberry
Namaku Belinda, sengaja aku samarin nama asliku, supaya semua orang ga tau kalo nama asli aku tuh katiyem. Hidupku sama seperti gadis belia seumuranku di penjuru manapun di Indonesia, aku labil tapi tetep seksi dan centil kok. Hidupku indah banget, fun beut guys! Tapi itu semua tinggal sejarah, sampai blackberry, masuk ke dalam hidup aku.
Dulu, waktu ‘kamu’ belum dateng ke Indonesia, keluargaku merupakan keluarga yang harmonis dan susah senang tanggung bersama. Kami biasa menyebut keluarga kami S2TB, ya itu tadi, Susah Senang  Tanggung Bersama. Tapi heran deh, gatau siapa yang nyebarin, kayanya di sudut-sudut tembok kota bandung banyak deh tulisan S2TB. Dulu aku sempet berprasangka baik, kalo itu ayah yang ngerjain. Tapi please deh, dad, masa sih beliau? Ga ada kerjaan banget ayah! Yaudah deh balik lagi aja ke topik utama. Iya keluarga aku dulu harmonis. Setiap pulang sekolah, kakakku pasti menyambutku dengan kecupan dan majalah gogirl terbaru. Ibu juga, kalo aku pulang, pasti ibu udah nyiapin smirnov dan bir hangat kesukaanku. Si bulldog juga, kucing persiaku ini, pasti langsung loncat ke pelukanku, sambil ngegigitin jempol aku. Maklum aja si bulldog ini kan kucing pemakan manusia. 2 pembantu aku terdahulu kan tewas mengenaskan dimakan bulldog. Keluarga pembantu aku emang sempet nyariin. Tapi untung aja ayah bohong, kalo pembantu-pembantu aku dulu pada pergi ke Tanzania buat jadi TKW. Itulah ayahku! Pandai bohong ke siapapun, baik itu ke ibu maupun ke aku, itu yang bikin aku bangga jadi anak ayah :’). Kami hobi banget ngobrol dan ngegosip rame-rame. Dimana saja dan kapan saja, kami biasa ngobrol-ngobrol di kuburan nenek. Soalnya seneng, serasa ditemenin gitu dech sama banyak makhluk. Huft, aku suka kangen deh masa-masa seperti itu, masa yang kini udah ga pernah aku rasain.
Sekarang, setiap pulang kuliah, ibu sibuk dengan ‘kamu’. Kakakku juga, sibuk dengan ‘kamu’. Semenjak kamu launching di mall terdekat seiring dengan hadirnya acara dahsyat di mall itu, apalagi pas band idola aku the potters sama dadali maen disitu. Ya semenjak itu, kakak dan ibuku langsung mencarimu. Maklum saja mereka emang wanita update. Kakak aja hampir bunuh diri cuma gara-gara sepatu crocs. Untung ayah ngerti dan ngebeliin. Uangnya cepet ayah dapetin, ayah kan kerjaannya nipu orang. Ya gitu deh, sekarang, semenjak ada ‘kamu’, ga ada lagi yang ngejawab ‘salamualaikum’ dengan ‘walaikumsalam’. Ketika salam, semua mematung, autis karena dihipnotis oleh ‘kamu’. Suasana obrolan yang hangat pun juga jadi ga ada. Yang ada hanya keheningan dan tawa-tawa kecil yang hanya ibu dan kakak dengan lawan chatnya di BBM yang mengerti. Si bulldog, kucingku, juga ga mau kalah. Tiap hari dia ngebela-belain ga makan coba, BBMan aja terus. Nama BBM nya aja ‘bulldog the heartbreaker catz’. Gara-gara ga makan terus, akhirnya dia kurus, dan mati! DAN GA ADA YANG PEDULI SAMA KEMATIAN BULLDOG!. Sumpah aku sedih banget.
Temen-temen aku juga sama aja, padahal dulu, kami sering banget smsan sambil garuk-garuk selangkangan gitu tiap malem. Tapi sekarang, tiap aku sms temen-temen aku, mereka pada ga bales. Katanya ngechat di BBM aja, ato ga DM di twitter. SEBEL SEBEL SEBEL SEBEEEL BANGEEET! Sekalian aja suruh aku minum BBM alias bahan bakar minyak sama korek tokkai, biar meledak aja deh sekalian! Daripada hidup terus tapi kaya gini.
Cowo-cowo juga jadi pada beda! Semenjak ‘kamu’ banyak dipake sama orang-orang, kamu jadi ngerusak lingkungan aku juga tau. Huh, dulu, cowo-cowo tuh susah banget cuma buat dapet nomer hp sama ukuran kolor aku, sorry-sorry aje nih ye, aku kan anaknya jual mahal, banget, tapi kepaksa deh aku sekarang banting harga semurah harga hp nexian. Kesannya aku ga berkualitas gitu, abisnya semua orang seakan udah jodoh kalo satu sama lain punya BB. Sebel, kalo emang kaya gitu, aku jodoh sama onta dong? Aaaaa gamau x(.
Sekali dua kali aku cukup sabar, tapi ini udah berkali-kali tau ga sih! Lama-lama aku sebel juga sama nama-nama ‘kamu’ yang mulai menghantui, curve, bold, storm, kyaaaa benci benci benci banget! Tiap belajar ekonomi dan disuruh bikin kurva, aku reflek langsung nangis, itu gara-gara kamu! Tiap mau ngerjain tugas di word juga, waktu aku mau nebelin judul, aku baca bold, aku nangis lagi!! Mending aku ditelen badai aja sekalian kalo kaya gini, eh badai kan bahasa inggrisnya storm? AAAAAA KESELLLL!!
Aku sempet seneng gara-gara denger berita kalo ’kamu’ bakal ditarik dari pasaran gara-gara server kamu cuma di kanada, tapi sampe sekarang kok ga ditarik-tarik sih? ‘kamu’ malah narik-narik aku buat beli. Eits tapi ga akan sorry ya! Aku cuma bisa ngedoain, semoga tahun 2012 nanti badai matahari bener-bener dating, aaa tapi ntar mati listrik, aaa ga bisa hair dryeran, ga bisa ngecas, aaa dilemma, yaudah deh kayanya aku aja yang harus ngilang dari dunia ini, bye mamah, bye dad, bye kakak, selamat ya blackberry. 


hii

foto ini saya temukan di kaskus, sebenarnya, bagaimana yah, saya pikir foto ini benar-benar bikin pelawak selucu apapun pensiun dini. asli. liat saja muka kucingnya aduh. aduh. untung saya bukan pelawak.

Perspektif; sudut pandang.

Hampir 1/5 abad saya lewati dalam, apa yah kita biasa sebut namanya, menjajaki? Menapaki? Ya pokoknya bergelut, nah bergelut, sudah hampir segituan saya bergelut berkecamuk dalam melewati rintangan hidup ini. Apa yang disebut pendewasaan yang bisa dibilang proses, dan kematangan yang menjadi tujuan, telah saya lewati, dengan beberapa ujian, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Sejak kecil saya selalu ditanamkan mana yang baik dan mana yang buruk, melalui ngaji di sore hari sampai waktu isya, saya diajarkan apa itu bertaqwa, yaitu bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi baik menurut siapa dan buruk menurut siapa? Dari semenjak saya belajar baca a ba ta sa di iqro, sampai saya membaca dan mencoba memahami das kapitalnya marx. Saya masih bingung jika kita banyak mengumbar kata ‘sudut pandang’
Sudut pandang, ya, ada sudut pandang saya, ada sudut pandang kamu. Yang jika dipaksakan untuk salah satu lebih unggul, pada akhirnya menimbulkan gesekan yang berujung pada konflik. Slek kalau anak muda sekarang bilang, bahkan bisa-bisa terputusnya silaturahmi satu sama lain sampai malaikat yang meniup sasangkala bertugas sesuai porsinya. Kita masing-masing memiliki sudut pandang, yang biasa kita sebut, subjektifitas.
Subjektifitas disini tidak akan saya bedah dengan terminologi-terminologi ataupun pengertian-pengertian etimologis yang bisanya cuma memusingkan dan mendatangkan masalah baru seakan metode itu merupakan rentenir yang berperan sebagai problem solver namun malah menjadi neo-problem maker. Subjektifitas adalah, bagaimana kita menanggapi, bahwa mencuri itu perbuatan tercela, titik, tidak mau dengar alasan mencuri dari si pencuri. Itu salah, ya sudah, jangan melawan, melawan, dibakar ramai-ramai, atau diarak keliling kampung dan dilempari uang. Dilempari uang? Saya mau kalau begitu, eh tapi uangnya koin. Tidak jadi, sakit kalau dilempar sekuat tenaga. Tapi pungut lagi saja ya padahal. Tapi sudahlah apasih. Ya itulah. Banyak kasus yang menurut saya banyak menyeret substansi dari subjektifitas itu sendiri.
Menurut saya, kita semua, belanda merupakan penjajah yang jahat, tak tahu malu, licik dan senang adu domba. Adu domba rakyat yah, maksudnya bukan adu domba di desa tanjungsiang taruhan begitu, yang menang dapat wanita sama arak seperti di film laga. Bukan. Adu domba rakyat. Ya menurut kita pasti seperti itu. Tapi menurut belanda? Kita ini separatis. Separatis yang menghambat mereka untuk menghidupi anak cucu mereka lewat rempah-rempah yang mereka kuras. Oh iya tadi juga kita membahas tentang mencuri ya? Iya sekarang mencuri saja. Kita lihat anak kecil mencuri pakaian dalam di mall setengah grosir di pojokan jatinangor. Pasti kita langsung mencap itu salah, perbuatan tercela, dan lebih buruk lagi kita suuzon bahwa itu anak kecil kecil sudah jadi fetisis, fetisis itu penyakit, penyakit tukang nyolong pakaian dalam terus dihisap-hisap, tidak mau tahu lebih lanjut kan? Jijik kan? Saya sih tidak. Biasa saja. Itu sudut pandang kita, kamu semua. Tapi coba kita Tanya dari sudut pandang si anak kecil, pasti ada saja alasan yang logis yang pastinya dapat membuat kita menghekter mulut kita sekuat mungkin agar menjaga mulut. Bisa saja alasannya untuk ibunya yang terkena penyakit kelainan kelamin akibat tidak pernah menggunakan pakaian dalam kalau ngemis di trotoar. Atau juga mungkin di rumahnya tidak ada kain penyaring untuk masak nasi, atau tidak ada handuk, atau tidak ada keset, atau tidak ada hordeng atau tirai? Apa saja, pasti anak tersebut memiliki subjektif masing-masing untuk berdalih. Dan itu sah-sah saja, ini bukan rusia jaman stalin bukan?
Saya jadi teringat dengan rekan atau adik saya di tempat saya kuliah, ketika beliau mencalonkan diri sebagai presiden himpunan mahasiswa, saya disitu sebagai screener. Bahasa indonesianya apa yah? Ya pokoknya saya bertugas sebagai yang ngetes dan yang menghardik mereka-mereka yang mau jadi presiden kalau mereka lalai dalam berucap dan omong doang dalam kampanye. Salah satu rekan saya tersebut bilang ‘oh tidak, menurut saya kebenaran mutlak’. Ada oh tidaknya, soalnya sebelumnya saya bilang bahwa kebenaran itu relatif. Dia menyanggah. Cuman sayang disitu tema pembahasan kita bukan mengenai sudut pandang, tetapi mengenai bagaimana, apa yah? Lupa lagi. Nanti saya ingat-ingat. Pokoknya waktu itu bukan membahas sudut pandang. Makanya tidak saya perpanjang karena debat-debat begitu bikin keriput muka, saya tidak mau. Laku juga belum kan. Oh iya, kebenaran itu mutlak. Benarkah? Membuka pintu lebar-lebar terhadap investor asing itu benar. Benar sekali, bagi siapa? Bagi para elit, karena itu jelas memperkaya mereka dan kerabat sejawat serta peliharaan mereka, namun rakyat? Sudut pandang rakyat? Rakyat menjadi miskin dan semakin miskin bahkan gila karena miskin. Kebenaran yang bagaimana yang mutlak berarti? Kebenaran yang tidak menyertakan sudut pandang pihak lain yang terlibat? Dalam kasus ini. Saya diam jika kebenaran yang mutlak ini adalah kebenaran berdasarkan tuhan saya. Saya harus tunduk. Jika melawan nanti kafir. Tidak masuk surga, dililit ular raksasa dan diberi minum lahar panas dengan nanah. Tidak mau.
Lantas banyak para politikus, dosen, orangtua, bahkan pebisnis, yang sering menyinggung apa itu objektif. Objektif adalah bagaimana kita berpikir dua arah, agar mendapatkan solusi yang diinginkan dalam menyelesaikan masalah. Namun sadarkah kamu bahwa hasil objektif merupakan neo-subjektif? Subjektif baru dengan skala yang lebih besar dan kelak menghasilkan resistensi pihak yang besar pula? Belajar dari hidup yang sudah jalan puluhan tahun ini. Saya pikir win-win solution itu semu, tak pernah ada, yang ada hanya lah winner & loser. Dimana pihak winner lebih diurus, sedangkan yang loser diperhatikan sesaat, namun kemudian diacuhkan dan tidak dipedulikan. Hidup mau sok modern bagaimanapun juga, tetap saja mental rimba terus tertanam. Siapa kuat dia menang, memang di Indonesia saja atau di Somalia juga sih? Di Rumania gitu, di Paraguay, gitu semua? Setidaknya inilah yang masih menjadi bahan kajian saya di masa hidup saya, harus dipikirkan yang begini. Daripada memikirkan bagaimana kaya dan bagaimana dapat istri cantik 7 biji seperti anggota SNSD girl generation. Utopis. Dan kini saya menyadari, saya orang yang sangat ultra-subjektif. Menurutmu buruk? Tidak menurut saya. Karena itu tadi, saya manusia subjektif. Dengan inilah saya menyikapi Indonesia, saya penganut sentralisasi, saya suka diktator bertangan besi, saya tidak suka kekurangan yang menghambat. Inilah saya, untuk Indonesia, dengan sudut pandang saya, akan saya bangun Indonesia yang saya mau. Walaupun kondisinya sekarang begini. Tapi, jangan pernah berputus asa menyayangi Indonesia. 

Too much too young, forever young

Saya kini sudah tua, sudah kuliah dan menginjak semester 4, sudah mau lulus 2 tahun lagi, sudah mau menginjak masa produktif untuk menikah dan bulan madu. Tapi kau tahu, jika kita melihat masa muda, siapa sih yang mau melupakan itu?

Masa muda saya ternyata luarbiasa indah. Saya hidup di masa yang tepat, biarpun saya sedikit menyesal kenapa tidak hidup di zaman kejayaan kerajaan majapahit. Tapi saya tidak jadi menyesal, karena dipikir-pikir kalau saya hidup di jaman itu, saya diam di kerajaan padjadjaran, diserang melulu. Tidak mau ah. Saya juga belum tentu islam. Karena waktu itu kalau tidak salah belum ada. Saya juga menyesal kenapa tidak hidup di jaman kemerdekaan. Saya jadi tidak bisa ngobrol dengan tan malaka, saya juga tidak ikut serta bersama pemuda lain guna menculik soekarno untuk merumuskan naskah proklamasi. Tapi saya bersyukur, kalo hidup di jaman begitu, rumah saya di bom sekutu nanti. kalau saya tidak pintar, saya pasti hanya jadi pesuruh di PETA. Deuh untung saya hidup di jaman begini, biarpun sekarng jaman yang konsumtif bagi banyak remaja, tapi saya berusaha sekuat mungkin untuk tidak begitu. Dulu, waktu jaman smp, aduh menyenangkan sekali mendengar asupan nutrisi nada dari band-band sekelas weezer, the strokes, sum 41, slipknot, phantom planet, system of a down, red hot chili peppers dan macam-macam. Ada juga band-band khas smp lainnya seperti P.O.D, muse yang lagu-lagunya sering dibawakan oleh band tenar smp, juga L’arc en ciel. Senang sekali, biarpun saya dibilang kampungan waktu itu karena saya tidak suka linkin park. terserah saya, saya suka radiohead. Dulu tidak ada rihanna, tidak ada black eyed peas. Cuma sedikit para penyanyi rnb yang glamor bling-bling yang aslinya bener-bener bikin pusing. Dulu mah eminem meraja lela, saya dulu sering acapela sama teman-teman kelas, menyanyikan lagu cleanin out my closet, konyol deh beneran. Tapi seru. Sering sekali, tapi tidak sesering anak-anak jaman sekarang yang sering nyanyi lagu rocket rockers, closehead, disusul lagu-lagu hits dari armada dan wali. Herr..

Dulu juga band indonesia nya tidak begitu buruk. Kita sebut saja peterpan dengan dengan hit single mimpi yang sempurna, dewa 19 dengan risalah hati dan cemburunya, sheila on 7 dengan sephia juga dan, dan itu judul lagu, bukannya saya menghubungkan kata terus tidak diteruskan. Semua bermunculan, tanpa RBT atau ring back tone. Semua muncul dan saya dengarkan. Biarpun saya malu dulu untuk menyanyikannya, karena entah ada asupan mind set darimana kalau mendengarkan musik indonesia itu sedikit norak. Saya terpengaruh. Ya maklum lah namanya juga remaja, jatidiri juga masih kabur kemana.

Kita mundur dulu ke sd, sd juga saya tidak kalah menyenangkan. Musik yang pertama saya dengar adalah lagu radiohead berjudul nice dream, kau tahu? Sampai sekarang pun saya masih menyukainya, dan mungkin sampai saya sakaratul mautpun saya masih bisa bersingalong jika diiringi lagu itu. Tapi tidak mau, saya mau sakaratul maut saya diiringi syahadat. Itu lagu yang pertama saya konsumsi. Dan terus berlanjut, dulu waktu saya sd, itu yang namanya musik ska sedang musim, dengan tariannya yang khas. Ya, reel big fish, save ferris, smashmouth, the special dan macam-macam. Semua keren, sering saya dengarkan di radio tape saya dengan merk sharp simba, yang waktu itu iklannya band gigi. Ingat sekali saya. Pada waktu itu pun gigs ska di bandung merajalela seperti lagu eminem di masa smp. Di gor saparua, dulu sering saya liat pamfletnya. Itu band mulai dari noin bullet, tipp-ex(ini tipp ex, dari bandung, bukan tipe-x), dan lainnya. Di tv pun sering saya liat purpose tiger clan, jun fan gung foo, band ska tapi petet semua, tapi bagus kok tenang saja. Banyak sekali. habis masa ska, saya kemudian mendengar lagu-lagu nirvana, no doubt, sepultura, dan sex pistols. Pernah saya diberi kaset oleh teman saya, napalm death, katanya kalau mendengar itu 5 menit saja, jago kalau kuat, dijamin nangis saking brutalnya. Aduuh leboy kata saya, tapi pada waktu itu belum ada kata leboy, lebay atau apapun itu. Yang ada hanya berlebihan. Saya dengarkan, ah biasa saja, mungkin saya belum mengerti. Saya jadi penasaran ingin dengar sekali lagi saja, tapi cari dimana, kaset tuh, kaset metal pula. Aah lebar. Nirvana juga, dulu saya punya vcd originalnya, setiap pagi selalu saya tonton, bairpun ibu saya menyuruh saya pindah karena dia lagi beberes dan sasapu, tapi saya tidak bergeming. Saya cinta lithium, saya cinta lovebuzz, saya cinta come as you are, semuanya, saya cinta nirvana!! cukup manis masa sd.

Kembali lagi ke masa smp. Kau dulu sempat merasakan saling hina band kesukaan? Seperti layaknya bonek menghina aremania dan begitu juga sebaliknya? Saya pernah. Dulu saya sering diejek oleh teman saya yang ngefans sama sum 41. Tiap hari terus dia ejek band yang sering saya dengar. Radiohead. Diejek sampai saya merasa kesal dan ingin menonjok. Tapi tidak jadi karena saya sering menginap dirumahnya dan sering makan nasi goreng pembantunya. Tapi kini, dia memasukkan nama radiohead ke dalam list band terbaik sepanjang masa versi dia sendiri. Saya menang.

Band indie oh band indie. Dulu memang tidak sebanyak sekarang, tidak seradikal sekarang. Dulu kita tahu ada pure Saturday, dulu saya lihat videoklipnya di mtv. Oh mtv jadi ingat, nanti kita bicarakan yah, sekarang ini dulu. Iya dulu saya lihat videoklipnya berjudul kosong. Bagus kata saya, tapi kenapa indie? Dulu saya tidak mengerti indie itu apa. Saya juga melihat cherry bombshell. Sedapnya, catchy. Ada lagi itu post therapy, cupu manik, dll. Wah semuanya begitu berwarna, begitu ngangenin, band metal pernah menjadi major label kamu pikir belum pernah terjadi di indonesia? Lihat burgerkill dengan sony bmg nya, sampai duet dengan fadly padi. Menyanyikan 3 titik hitam, yang sering diplesetkan menjadi guyonan oleh teman saya menjadi 3 titit hitam.

Masuk sma, saya mulai mengenal banyak band, begitu banyak bermunculan, begitu instan, datang dan kemudian pergi begitu saja. Yah itulah kondisinya pada waktu itu. Masa sma saya mendengar apa itu arctic monkeys, camera obscura, battles, interpol, imogen heap, sigur ros, arcade fire, dan banyak lainnya. Semua begitu kaya akan sound-sound yang terkesan asing di telinga, membuat kita terkagum-kagum dengan variasi pola nada yang tidak beraturan namun masih enak didengar. Semua begitu banyak dan begitu membingungkan. Pada masa itu juga saya baru mendengarkan at the drive-in yang padahal sudah ada sejak tahun 2000, incubus yang sudah ada sejak pertengahan 90an, dan the smith yang alamak dari tahun 80an itu. Semua saya dengar sampai pada akhirnya muncul band bernama gregorys raincoat. Tapi sudah jangan dibahas band ini. Nanti kamu kira saya sombong. Tapi lagu barunya sudah keluar kok. Kamu bisa download di mediafire maupun 4shared :p

Mtv juga, dulu saya senang kamu masuk ke indonesia, melahirkan acara-acara berisi seperi mtv alternative nation dan head bangers ball, biarpun saya pikir mtv ampuh bukanlah acara yang penting dan tidak perlu ada menurut saya. Saya amat sangat berterima kasih sama mtv karena sudah mengisi masa muda saya dengan begitu indahnya. tanpamu mungkin sekarang saya hanya generasi borok yang selalu mengejar-ngejar slank kemanapun mereka manggung. Tapi sekarang, kondisimu begitu memprihatinkan. Dulu saya yakin mtv adalah channel yang pantang menyetel yang murah-murah. Sebut saja matta dengan ketahuannya atau mungkin radja dengan jujurlah padaku bila kau tak lagi suka. Tanpa dituntut untuk jujur pun saya sangat ikhlas untuk teriak bahwa saya muak sama kamu ian! Syukurlah katanya bassis dan drummer nya keluar. Katanya sudah tidak sepaham sama manajemen. Mungkin manajemennya memaksa mereka berdua untuk memakai kacamata juga layaknya moldy-ian brothers. Miris. Oh iya, dan sekarang, saya iseng waktu itu, mengecek channel yang dulunya favorit saya ini. Aduh saya lihat mtv ampuh, chart pertamanya apa cik? Please welcome KANGEN band dengan single pujaan hati. Tanpa pikir panjang, saya pencet remote tv, saya matikan, diam sebentar, sedih sekali. Kiamat permusikan indonesia ternyata datang lebih cepat. Tapi untunglah, kemarin saya lihat kamu sudah berani menyetel burgerkill dan the s.i.g.i.t dalam mtv studio. semoga kamu sehat lagi mtv. Aku sayang kamu. Beneran. 

Saya kangen masa muda, bukan saya sok tua. Beneran masa muda saya manis, terutama dalam dunia musik. Saya bersyukur sekali. Ini berkah yang Allah berikan. Apa jadinya kalau dulu saya Cuma mendengar radio 99ers setiap malam pada masa smp dan kemudian pada masa yg akan datang seperti sekarang ini saya dikasih handphone bagus tapi di playlistnya diisi lagu-lagu ringan macam the potters, the virgin, the rock indonesia dan lainnya. Sayang kan? Untung saya hanya diberi nokia 6600 tanpa kesing karena sedikit kerusakan pada keypad. Tidak bisa nyetel lagu kecuali di install ultramp3. Ngapain install itu, maksa. Saya hanya mendengar lagu di mp3 player classic saya yang hanya berkapasitas 128 MB. Tidak perlu banyak-banyak, karena kalau banyak kamu pasti berpikir saya pamer musikalitas. Kini saya tumbuh menjadi pria begini. Tidak seperti mayoritas pria lain. Saya rendy adiwilaga yang selalu kangen masa muda dan selalu ingin memiliki mesin waktu. Sekalian mesin waktunya saya pakai untuk membenahi kesalahan terdahulu. Apa salahnya bukan seperti itu..

Yono dan Sari

Bagi manusia, dengan perspektifnya masing-masing, hidup terbagi dalam berbagai sisi maupun sudut pandang. Terserah menurut mereka, mau membedakkannya antara sisi kelam maupun sisi cerah, atau yang lebih konkret lagi. Karir, cinta, jodoh, jalur hidup, dan lain sebagainya. Dan terkadang menurut mayoritas manusia-manusia yang sekarang berdiri menempati ranah bumi ini, cinta merupakan hal yang paling mempengaruhi tekstur kehidupan mereka masing-masing. Tidak setuju? Pasti bergumam ‘kata siapa ah?’. Sama, penulis pun tak setuju, karena terkesan menggelikan, malah hampir mepet ke rasa jijik dan tidak mau membahas. Apa daya, hidup ini keras. Penulis harus bercerita..

Tersebutlah dua insan manusia yang hidup biasa-biasa saja, sampai mereka menemukan rasa ingin menyayangi satu sama lain. Ya, dialah yono, dialah sari. Yono dulu. Yono merupakan seorang pria sehat yang biasa saja. Biasa dari segi fisik dan materi. segi yang menurut gadis-gadis zaman sekarang itu merupakan dua hal pokok, atau mungkin kriteria, syarat? Apa dong? Terserah. Pokoknya berujung kesitu. Ya, itulah si yono, tetapi dibalik kebiasaannya itu, yono merupakan pribadi yang ceria, yang dicintai dan disayangi oleh teman-temannya. Yono juga merupakan pemuda yang kritis dan cakap. Dirinya selalu mengkritisi kebijakan lurah di desanya yang terkadang selalu semena-mena, bikin kaya sendiri tapi memiskinkan rakyatnya, warganya. Yono oh yono. Di sisi lain keanggunan dirinya, yono adalah anak yang amat sangat tidak romantis, dia paling anti apabila teman-temannya sudah membicarakan cinta, jijik katanya, seperti tidak ada pembahasan lain saja, begitu katanya. Benar juga sih, tapi bosanlah kamu, saya, kalian, jika setiap hari yang dibicarakan itu negara lagi negara lagi, negara sudah kacau juga, malah bikin pesimis, mengendurkan semangat muda. Kamu yang tidak setuju ya sana bergumam sendiri ya. Benar, asli ini orang tidak romantis, setiap melihat wanita, malah dicari-cari sisi buruknya, dicari cacatnya sebelah mana, sengaja supaya bisa dikritisi, supaya ada kepuasan dalam hati yono. Puas karena sudah bikin wanita yang menurutnya sok, menjadi rendah, rendah di matanya sendiri, dan atau terkadang mengajak temannya untuk ‘merendahkan bareng’. Apa ini? Tidak mengerti ya. Sudahlah. Tetapi jangan kau kira dia tak punya teman wanita, ada. Banyak, sengaja dia punya teman wanita, karena menurut yono, mereka beda dari wanita kebanyakan. Dinilai dari apa ya Cuma yono yang tahu. Tersebutlah itu teman wanitanya, yaitu si tiwi, fitri, dan tuti, tak lupa ketinggalan ya si tina. Mereka setia menemani yono. Setia, karena yakin yono juga sayang sama mereka. Aslinya begitu? Memang begitu kok. Itu gadis-gadis sering sekali bercerita sama yono. Sedikit catatan, yono tidak pernah bercerita hal apapun ke teman lelakinya. Karena menurutnya, cerita sama mereka sama saja bercerita kepada media massa. Sehingga yono, biarpun Cuma bercerita sedikit, ya sama gadis-gadis ini.

Yono si diam, akhirnya tamat, tamat setelah bertemu gadis bernama sari. Sari merupakan gadis yang subhanallah cantik, kamu kalau berpikir dia cantik fisik, kamu salah. Sari ini pribadinya sangatlah cantik. Dan sari merupakan gadis yang sama sekali beda dengan gadis-gadis metropolitan biasanya, yang biasanya menamakan dirinya di account facebook ‘emma adjah’ atau ‘vee jombloagy tapi chuek’. Tidak, tidak seperti itu. Tidak karena sari memiliki ketahanan diri yang kuat. Yang indah tercitra begitu emasnya. Oke tak apalah bicara fisik, memang aslinya juga lumayan cantik. Sari adalah gadis berkulit kuning langsat dan bermata bulat seperti bola pingpong, disertai rambut bergelombangnya yang walaupun masih kalah dengan gelombang tsunami. Tapi tidak merusak, malah bikin kangen. Kata yono begitu. Anaknya punya selera humor memadai. Sehingga komplit lah alasan yono untuk mempersuntingnya menjadi pacar. lancar seperti begitukah?? Ooh ini cerita rame. Tidak berhenti sampai disitu dong. Karena kau tahu apa yang membuatnya sulit mendapatkan sari??

Hehe, sari sudah bersuami. Bukan suami dalam konotasi yang benar, berpacar kalau aslinya. Sengaja saya tulis bersuami, biar kamu yang baca merasa menyesal, resah. Begitu tidak? Ah urusan kamu, baca saja yang betul. Ya, benar, sari sudah punya pacar. Namanya udin. Udin tidak ganteng, tidak juga mempesona. Tapi kata sari, udin baik sekali. Sungguh sari ini gadis yang manis. Dari situ saja sudah semakin menguatkan pendapat bahwa sari beda dengan gadis remaja pada umumnya. Tidak melihat fisik dan materi. Ini yang semakin membuat yono cinta sekali sama orang itu. Cinta Sari, bukan udin. Dan kalau kalian mau tahu. Udin itu teman yono. Untungnya bukan teman baik. Tapi biarpun bukan teman baik, yono tidak ada rasa sedikitpun ingin merebut sari dari udin. Karena apa? Karena yono sehat, tidak bajingan seperti lelaki pada umumnya, yang kalau mau, tinggal rebut saja dengan sekuat tenaga, dengan berbagai cara. dan ini semakin menguatkan pendapat kita bahwa yono anak yang sehat.
Yono sudah kenal sari, kenal di kepanitiaan 17 agustusan waktu itu. Sehingga merka akrab satu sama lain. Akrab karena itu tadi, selera yang sama dan humor yang cekatan. Tertawa dari hari ke hari membuat yono cinta sekali sama sari. Tapi ya itu tadi. si udin sih. Sebenarnya kalau ditilik kembali. Bukanlah udin yang salah. Yono lah. Ganggu-ganggu itu hubungan orang. Tapi tidak mengganggu. Karena perilakunya tidak memperlihatkan seperti itu. Sampai pada selanjutnya, yono merasa resah sekali karena setiap hari melihat sari dan udin berduaan, tertawa begitu senangnya yang padahal disisi lain, di afrika, anak-anak menangis karena kelaparan. Kejauhan kah? oke, tertawa begitu senangnya yang padahal disisi lain, yono teriris hatinya, merongrong minta kasih yang sama, yang tidak bisa dibagi dua. Tapi hal itu bisa ditutupi oleh yono. Karena yono professional.

Sampai pada akhirnya, yono tidak tahan akan kenyataan yang pahit begini. Kau tahu apa yang dilakukan yono??

Yono bilang suka sama sari. Yang kalian semua tahu notabennya sari kekasih udin.

Yono yang sudah bersiap dijauhi oleh sari, diam tanpa kata, kau seolah jenuuh, padaku uuuu..ini lirik lagu d’massiv. Yono sudah siapkan mentalnya untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan diterimanya. Tapi selanjutnya begitukah? Cerita rame memang tidak sesuai dengan keinginan pembaca. Kau tahu? Bukannya hendak menjauhi yono. Sari malah berjanji tidak akan menjauhi yono, dan meminta kesediaan yono, untuk tidak beda kedepannya. Yono, kau mencintai orang yang tepat.

Sampai pada akhirnya, sari meminta yono, untuk berbicara, berdua, berdua layaknya pasto. Tapi tidak menyanyi. Ini berbicara. Oke yono menyetujuinya. Dan ketika tiba waktu untuk membicarakannya. Banyak sekali gangguan yang datang. Ya orang-orang yang datang karena ingin ngobrol sama mereka berdua lah, maklum yono dan sari adalah orang yang asik, yang dikagumi dimanapun mereka berdiri. Belum lagi gangguan gangguan seperti tangisan bayi di WC seberang, juga kucing yang melihat-lihat seperti ingin menanyakan ‘kalian pacarankah?serasi sekali’. Tidak, kucing. Mereka terlibat cinta terlarang.
Kau tahu selanjutnya bagaimana? Yang tahu Cuma saya. Ok, dan Allah SWT tentunya. selanjutnya. Dua insan muda yang tidak kuat ingin bicara mengenai berbagai hal ini mulai berpikir panjang. Sampai pada akhirnya, sari mengajak yono ke sebuah daerah pegunungan, pegunungan yang biasanya dipakai yono untuk mengeksekusi pak lurah yang melakukan KKN dalam mengelola uang warga. Disitu juga biasanya dipakai pramuka nasional untuk berkemah. Dan setelah sampai, takjublah yono melihat pemandangan yang ada. Yono takjub, karena sepanjang dia main-main di tempat itu, belum pernah menemukan tempat yang sebegitu indahnya. Tersiratlah di pikiran yono, wanita macam apa sari, main nya ke tempat jauh melulu. Setelah sampai..

‘’sari mau nanya apa?’’ ujar yono the condor heroes.

‘’malu, ih’’ itu sari yang bilang.

‘’malu mah lima jeung tilu’’ bohong, yono tidak ngomong begitu, tapi di otaknya tersirat begitu, tapi menurutnya, kalau disampaikan, garing. Makanya tidak disampaikan. Yono itu aslinya bicara begini,

‘’ih kenapa malu?udah jauh-jauh dateng kesini Cuma buat malu-maluan’’

‘’kamu dulu aja lah yang ngomong’’ si sari cakap.

‘’ngomong apa saya mah, kan udah waktu itu’’. Yono bicara begitu, karena berdalih, bingung mau apa.

‘’jangan disms!’’sari bilang begitu karena yono ributnya Cuma disms

‘’malu tau’’.

Karena tercipta suasana yang tidak kondusif begitu, sari yang keren memulai pembicaraan.

‘’yaudah, yono, sari tu seneng kalo deket yono, bawaannya pengen ketawa terus’’

‘’hehe’’ seringai sumringah dari yono mengalir.

‘’tapi ada yang mau saya tanyain. Yono, saya harus ngapain supaya kamu lupa sama saya?’’

Degg!!Yono yang sempat merasa naik karena pernyataan pertama, akhirnya malah hampir drop akibat pertanyaan begitu, asumsi mulai keluar di berbagai sudut otak yono, asumsi yang mempertanyakan kenapa sari berkata begitu, pikirnya, sari mau menjauhilah, sari mulai bencilah, sari sudah lebih cinta sama udin lah..

‘’itu urusan saya, problem saya, kamu ga usah pusing-pusing mikir ke arah situ’’

‘’oh satu lagi, kenapa kamu suka saya?’’pertanyaan berikutnya, 2 hit, 2 combo..

‘’sama kita,sarii, kamu kesitu saya kesitu, saya kesini kamu kesini’’

‘’maksudnya?’’

‘’misalnya, kita mencap suatu orang jelek perilakunya, kamu juga berpikiran sama’’ kata yono.

‘’oh sehati’’

‘’jangan bilang sehati ah, geleuh, melankolia’’

Tertawa lah dua insan pemuda pemudi yang sedang terlibat interaksi tersebut.

‘’sari, sekarang saya mau bertanya, kamu suka saya juga?'’

‘’bentar yono, liat itu, cipokan lah’’ celetuk sari.

Di padang rumput itu memang mereka tidak berdua saja, disebelah mereka, biarpun jauh juga, ada yang sedang berduaan didepan motor, duduk begitu bagai orang laku pacaran. Dan memang berciuman.

‘’ah benerlah, sari, seumur hidup saya belum pernah liat orang yang cipokan secara langsung lah’’

‘’makanya liat dulu’’

‘’aah udah ah, jawab dulu ih sari’’

Sari mulai bingung, bukan karena tidak tahu jawabannya, tapi dia bingung harus dijawab atau tidak, yang pada akhirnya malah dijawab.

‘’saya takut salah, kamu tahu kan saya dulu pernah menulis ‘aku adalah musim gugur’..ngerti ga kamu?’’Sari malah bertanya balik.

‘’ga tahu, apaan emang’’

‘’ah kamu mah, itu teh bermakna banget’’

‘’iih ga tau asli’’ ujar si yono.

‘’yono, kamu tahu, musim gugur itu mencirikan ketidaktetapan pendirian, intinya saya telah mencintai dua orang yang berbeda ‘’

‘’dua orang?satu si udin, satu lagi siapa?’’ sok bertanya balik si yono.

‘’ga usah pura-pura ga tau lah’’

‘’hehe, biar ga keliatan geer, sari..’’

‘’alaaah, kan kata kamu geer meningkatkan kepercayaan diri’’ si sari bilang begitu.

Tertawa lah yono, tawa senang, tawa yang tak pernah dia temukan selama 18 tahun dia berkarir dalam hidup ini. Sampai pada akhirnya kesenangan habis, dan buntu pada suatu rasa, rasa sedih karena tersadar oleh sepatah kata sari, yaitu..

‘’kamu sih, pake acara telat kenal segala’’

Sontak, diam yono, diam karena menyesal, menyesal dan mempertanyakan, harus marah ke siapa yono, harus menyalahkan siapa yono..

‘’sari, saya ingin menangis’’. Yono berkata begitu, suatu sikap yang diambil yang menurutnya cukup tepat, tidak ada salahnya lelaki menangis..

‘’nangis dong, biar seru’’. Sari malah bilang begitu.

‘’tidak jadi, nanti saya terlihat seperti banci di depan kamu’’. Lagi-lagi berdalih, padahal muka sudah tak karuan.

‘’sari, kalau saya nunggu kamu bagaimana?’’

‘’terserah kamu itu mah, tapi gimana kalau 5 tahun ke depan saya masih sama udin?takdir siapa yang tahu. Saya takut kamu sia-sia selama 5 tahun ntar, saran saya jangan’’

‘’jangan lama-lama dong’’

Senyumlah sari, dan selanjutnya, Saling lempar senyuman pun terjadi, senyum manis yang dikeluarkan sari akhirnya mengalahkan kelemahan seorang yono, senyuman penuh arti, senyuman yang bermakna, yang terkesan senyuman itu berkata,’ yono, kau harus kuat sebagai lelaki, semoga kau bisa menemukan pengganti sari, pengganti yang jauh lebih baik dari sari’. Seiring terbenamnya matahari, mereka pun menjejakkan langkah bersama, menuju tempat asal, tempat dimana udin menunggu sari. Udin yang menunggu untuk pulang bersama, bergandengan tangan, memamerkan kehangatan, kehangatan yang ingin diraih yono. Tapi tak bisa.

Setelah sholat magrib, dan keluar dari pintu mesjid, terlihat didepan yono, sebuah wacana yang tersirat, terfantasi dibenak yono tadi. Ya.. sari dan udin pulang bersama, bergandengan tangan, memamerkan kehangatan, kehangatan yang ingin diraih yono. Tapi tak bisa. Benar-benar tidak bisa..’tak apalah’ pikir yono, jika sari senang selama 5 tahun dengan udin, yono pun siap untuk 5 tahun menjadi mercusuar. Terang di permukaan, yang padahal jauh didalam dirinya, kelam. Konsekuensi hidup, pilihan. Terserah yono..


ed, biar tak romantis tapi usaha..09.57 WIB